10 Februari 2009

Mesir Melarang Tim Investigasi ICC Masuk Gaza dan Menahan Bantuan Kemanusiaan

Semakin nyata bukti bahwa Nasionalisme menjadi belenggu yang mengikat tangan dan kaki kaum muslimin untuk menolong saudaranya yang tengah menderita. Atas dasar nasionalisme kaum muslimin di suatu negeri yang hendak menolong saudaranya di negeri Islam lain harus menghadapi berbagai kesulitan. Tak jarang karena alasan keamanan nasional kaum muslimin di negeri yang lain dianggap ancaman. Seperti yang terjadi beberapa waktu lalu tatkala Israel menyerang Gaza. Mesir tidak mau membantu Gaza bahkan menghalangi penduduk Gaza yang mau menyelamatkan diri, karena Mesir menganggap Hamas adalah musuh nasional Mesir (baca : Gilad Amos : Hamas Musuh Nasional Mesir). Padahal apa yang dilakukan Hamas adalah mempertahankan tanah Palestina yang memang harus dipertahankan dari penjarahan Israel. Hal yang sah dilihat dari sudut pandang manapun. Housni Mubarak malah menyalahkan Hamas sebagai pihak yang bertanggung jawab atas korban yang jatuh di Gaza. (baca : Setelah Menganggap Hamas Sebagai Musuh Nasional, Kini Presiden Mesir Bela Israel). Ternyata itu belum cukup. Mesir masih melakukan hal enyakitkan lainnya.
Mesir menolak komite internasional dari International Criminal Court (ICC) masuk ke Jalur Gaza. Padahal tim tersebut ditugaskan untuk menyelidikan kejahatan perang yang dilakukan Israel di Jalur Gaza. Komite yang dibentuk ICC itu terdiri dari empat pakar hukum dari Prancis dan Norwegia.
Sebelum membentuk komite penyelidik tersebut, ICC sudah melakukan analisa awal tentang dugaan kejahatan perang Israel dalam serangan brutalnya ke Jalur Gaza selama 22 hari, yang menyebabkan 1.300 warga Palestina syahid dan 5.500 orang lainnya luka-luka. Kebanyakan korban adalah perempuan dan anak-anak.
Sementara itu berdasarkan laporan penduduk Palestina yang berdomisili di perbatasan Rafah-Mesir dijelaskan, bahwa Penyeberangan Rafah Ahad (08/01), tetap dalam kondisi tertutup, semenjak hari Kamis (05/02), Rafah belum pernah dibuka, baik untuk masuknya bantuan kemanusiaan atau pun relawan.
Sumber lainnya dari stasiun TV Aljazeera menyebutkan, bahwa selama empat hari ini penyeberangan Rafah masih tertutup untuk bantuan kemanusiaan. Warga Gaza yang masih berada di Mesir dan ingin secepatnya kembali menemui keluarga mereka di Gaza, hingga kini juga masih tertahan, hal yang sama juga dialami oleh para relawan medis, wartawan, dan aktivitis HAM. Hanya Delegasi Runding Hamas yang dizinkan melewati Penyeberangan Rafah pada hari Ahad kemarin.
Seorang relawan yang minta dirahasiakan namanya mengaku kesal, karena tidak dibolehkannya Relawan Bulan Sabit Merah (BSM) Turki melewati Penyeberangan Rafah oleh pihak imigrasi Mesir. Rencananya BSM Turki akan menyalurkan bantuan dua unit ambulan ke Jalur Gaza. Bahkan pintu penyeberangan Karem Abou Salem pun yang awalnya direkomendasikan menjadi alternatif masuk ke Gaza juga tidak memberikan izin kepada BSM Turki.
Hal yang sama dialami Aktivis Int`l Islamic Relief Organisation, Lembaga Bantuan Islam Internasional, yang bermarkas di London. Lembaga ini juga berencana menyumbangkan dua unit kendaraan sipil untuk warga Jalur Gaza, namun rencana itu masih belum terealisasi. Pintu penyeberangan Karem Abou Salem masih tetap tertutup.
Sementara Organisasi Internasional untuk Perdamaian dan Bantuan Kemanusiaan Libia pimpinan Dr. Khalid Al-Khuwalidi Al-Hamidie, hari Rabu lalu (04/02) berhasil memasukkan lima unit ambulans ke Jalur Gaza, sehari sebelum pintu penyeberangan Rafah ditutup total oleh Pemerintah Husni Mubarak. (era/Pro Syariah)


Bookmark and Share

Tidak ada komentar:

Related Posts with Thumbnails