Kondisi penyebaran HIV/AIDS di Bali dewasa ini dinilai semakin mengkhawatirkan karena 50 persen pengidapnya adalah kelompok usia 19-25 tahun.
"Hasil penelitian menunjukkan, sekitar 28,5 persen remaja di Bali telah melakukan hubungan seksual sebelum menikah dan sepuluh persen diantaranya akhirnya menikah dan memiliki anak," kata Luh Putu Ikha Widani dari Kita Sayang Remaja (Kisara) Bali di Denpasar, Rabu.
Dengan demikian, katanya, kasus kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) di kalangan remaja Bali hingga saat ini masih memprihatinkan dan belum ada jalan keluar untuk pemecahan masalah secara tuntas.
Hingga akhir tahun 2004, tercatat 3.000 orang penduduk Bali yang terinfeksi virus HIV. Diperkirakan pada tahun 2010, sekitar 50 persen dari jumlah itu, akan terjangkit penyakit AIDS.
"Diperkirakan dalam lima tahun ke depan, dari 3.000 yang terinfeksi HIV itu, setengahnya akan terkangkit AIDS. Dari jumlah itu, 50 persen saja masuk Rumah Sakit Sanglah, maka mereka dipastikan tidak akan tertampung,” kata Ketua Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Daerah Bali Nyoman Mangku Karmaya ketika berbicara dalam sebuah seminar di Kota Gianyar, Bali, (Tempo Interaktif, Sabtu, 22 Januari 2005)
Mangku Karmaya juga mensinyalir maraknya kafe-kafe di berbagai wilayah di Bali dapat berdampak pada makin banyaknya penularan human immunodeficiancy virus (HIV) ke berbagai daerah di pelosok Bali. Sebab kafe-kafe tersebut juga menjadi tempat prostitusi terselubung. Demikian dikatakan Mangku Karmaya, yang juga Koordinator Pokja Hubungan Masyarakat (Humas) dan Informasi Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Bali dalam refleksi akhir tahun bersama wartawan di Sanur, (Selasa 30/12/2008) (www.balebengong.net, 31 Desember 2008)
Lima tahun terakhir, kafe-kafe tersebut memang makin marak di berbagai tempat di Bali. Kafe tersebut biasanya berada agak jauh dari pemukiman warga atau bahkan di luar kawasan kota. Secara kasat mata, munculnya kafe itu terlihat di sepanjang jalan By Pass Ida Bagus Mantra antara Denpasar hingga Klungkung atau di kawasan pinggir Denpasar.
Menurut Mangku, kafe-kafe tersebut merupakan salah satu bentuk prostitusi terselubung di Bali sehingga rentan menyebarluaskan HIV, virus penyebab AIDS. Sebab selain menjadi tempat untuk bersantai, kafe tersebut juga kadang menjadi tempat transaksi seks.
Berdasarkan keterangan dari salah satu lembaga penanggulangan AIDS di Denpasar, Mangku menemukan fakta bahwa ada pula pelayan kafe yang positif HIV. Dalam satu hari dia bisa berhubungan seks dengan empat sampai lima orang pelanggan, semuanya tanpa kondom sebagai alat pengaman.
Demikianlah kehidupan masyarakat yang semakin liberal akibat diterapkannya Kapitalisme yang tegak di atas landasan sekularisme (pemisahan agama dari kehidupan) telah menjadikan sebagian masyarakat bebas untuk bertingkah tanpa mengikuti panduan dari Yang Mahakuasa. Akibatnya, kerusakkan terus terjadi di mana-mana.
Sistem kapitalisme sekular tak pernah mampu memberikan solusi atas kerusakkan kehidupan sosial yang terjadi saat ini. Terkait meningkatnya penderita HIV/AIDS ini, para kapitalis sekular malah memberikan solusi palsu, seperti kesadaran penggunaan kondom yang tiada lain upaya pelegalan berzina. Sementara perzinahan sebagai akar dari kerusakkan tersebut, dibiarkan. Padahal perzinahan ini sesuatu yang dimurkai Allah Swt.
Bukankah Rasulullah Saw. pun telah mengingatkan,
“Jika zina dan riba sudah menyebar di suatu kampung maka sesungguhnya mereka telah menghalalkan azab Allah atas diri mereka sendiri”. (HR al-Hakim, al-Baihaqi dan ath-Thabrani).
Sudah sepatutnya, masyarakat dan pihak terkait kembali kepada sistem yang berasal dari Dia Sang Pencipta Yang Mahatahu, yakni sistem Islam. Sebuah sistem yang akan memberikan ketenangan dan kedamaian untuk semua, berbeda dengan sistem kapitalisme sekular yang hanya melahirkan kerusakkan. (rep/tmp/blg/Pro-Syariah)
11 Februari 2009
Kerusakan Sosial : HIV/AIDS di Bali Makin Mengkhawatirkan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar