13 Maret 2009

Akibat Krisis, Amerika Semakin Morat-Marit

Meski Presiden Barack Obama telah mengumumkan anggaran 2010 sebesar 3,6 trilyun dolar untuk mengeluarkan Amerika dari krisis keuangan, derita warga Amerika akibat Krisis Ekonomi Kapitalis global tak bisa dielakkan. Memasuki Maret 2009, pemerintah AS dengan terpaksa memberlakukan food stamp kepada para keluarga tentara di negara itu. Food stamp adalah kupon makanan yang disediakan oleh pemerintah AS untuk ditukarkan makanan.

Padahal selama ini di AS tentara mendapat penghidupan yang cukup layak. Penghasilannya dalam setahun seorang tentara AS mencapai $38.000 atau sekitar Rp. 360 juta atau rata-rata per bulannya sekitar Rp. 35 juta.
Jika sudah menikah dan punya anak, maka ada tambahan penghasilan. Jika tengah bertugas di medan perang, mereka akan dibebaskan dari pajak.
Dengan kondisi tunjangan seperti ini, seharusnya keluarga tentara cukup terjamin. Namun ternyata tidak demikian.

Tadinya program food stamp hanya diberikan kepada warga AS dengan penghasilan yang rendah, pengangguran dan sebagainya. Sekarang, keluarga tentarapun ternyata menerimanya, ini saking seriusnya permasalahan ekonomi di negara itu. Bahkan sebagian besar tentara yang telah kembali dari Iraq juga belum menerima gaji dan bonus mereka.
Makanan yang disediakan oleh pemerintah AS dalam program ini bervariasi ada yang seharga $1, $5, dan paling tinggi $10. Di akhir 1990-an, food stamp ditransfer menjadi program kartu kredit dengan sebutan Electronic Benefit Transfer (EBT) yang dikelola oleh pihak swasta.
Dalam beberapa bulan terakhir ini, jumlah keluarga AS yang menerima food stamp mencapai 31,5 juta atau sekitar 19,3% dari jumlah keseluruhan penduduk AS. Ini adalah angka tertinggi sejak tahun 1962.

Amerika Negeri Pengangguran
Sejak dilanda krisis ekonomi, AS menghadapi persoalan baru berupa angka pengangguran yang terus melonjak. Sejak bulan Desember, jumlah pengangguran di AS mencapai 4,4 juta orang. Bulan Februari, pemutusan hubungan kerja di AS mencapai angka tertinggi sejak tahun 1983, yaitu sekitar 651.000 orang yang kehilangan pekerjaannya.

Survei yang dilakukan Bloomberg News menunjukkan bahwa tingkat pengangguran di AS untuk tahun ini mencapai 9,4 persen dan dipekirakan masih akan tetap tinggi sampai tahun 2011.
Angka pengangguran itu melebihi perkiraan sebelumnya yang hanya memperhitungkan bahwa tingkat pengangguran tahun ini hanya 8,8 persen. Angka pengangguran, menurut survei Bloomberg yang dilakukan pada tanggal 2-9 Maret kemarin, akan berada di atas 8 persen selama dua tahun kedepan. Sementara Gedung Putih memproyeksikan angka pengagguran di AS akan menurun menjadi 7,9 persen tahuan depan.
Dengan tingkat pengangguran yang tinggi, para analis mengatakan bahwa program stimulus ekonomi sebesar 787 milyar dollar yang diluncurkan pemerintahan Barack Obama terbukti tidak efektif untuk mengurangi jumlah pengangguran di Negeri Paman Sam itu.

Survei Bloomberg juga menyebutkan bahwa perekomonian akan menurun sebesar 2,5 persen tahun ini dan hanya akan menggeliat sebesar 1,8 persen tahun depan. Angka itu lebih rendah dari estimasi yang dilakukan bulan Februari kemarin.

Ekonom dan pimpinan di Amerika Securities-Merril Lynch di New York, David Rosenberg bahkan memperkirakan angka pengangguran sampai akhir tahun 2009 bisa mencapai 10 persen. Dengan bertambahnya jumlah pengangguran itu artinya makin banyak warga AS yang tidak mampu untuk melakukan pembayaran cicilan dan hipotiknya yang akan berdampak pada lesunya perekonomian AS.
Amerika Menuju Drop-Out Nation
Di bidang pendidikan sejak dua tahun belakangan ini, semakin banyak saja anak-anak muda AS yang tak mau bersekolah. Umumnya, mereka sengaja putus sekolah pada usia sekolah menengah atas (SMA).
Sekarang, di AS lumrah pemandangan anak-anak remaja AS menyerbu berbagai tempat keramaian, seperti mall atau kafe. Mereka menghabiskan waktu di sana dengan berbagai aktvitas; bersenda gurau, mendengarkan musik, ataupun bermain video game. Yang mereka perbincangkan pun hanya seputra hal-hal yang tak begitu penting. Sejak dua tahun lalu, Majalah Time, AS terus intens mengadakan penelitian pada anak-anak SMA di AS.
Setiap tahunnya, sekitar 100 orang dari satu angkatan di satu SMA mengalami putus sekolah. Angka ini terus menanjak setiap tahunnya. Dan jumlah 100 orang ini berguguran dengan berbagai sebab, terjerat narkoba, tidak percaya lagi kepada instusi pendidikan, namun lebih dari separuhnya karena sudah mempunyai bayi. Menurut penelitian sejumlah ahli pendidikan di AS, jika dikalkulasikan 1 dari 3 sekolah di AS tidak mempunyai lulusan setiap tahunnya..
Banyak hal yang menyebabkan ini terjadi. Selain resesi yang makin menghebat, perhatian pemerintah AS terhadap pendidikan pun masih dianggap kurang. Bahkan angka anak putus sekolah ini saja tidak mendapat tanggapan serius dalam stimulus yang dicanangkan oleh Barack Obama. Para peneliti dan ahli pendidikan AS khawatir bahwa AS tengah terjun bebas menuju sebuah drop-out nation yang paling besar di seluruh dunia.
Amerika Berada Di Tepi Jurang Malapetaka Ekonomi Yang Dahsyat
Tak hanya itu. Baru-baru ini, seorang pengamat trend ekonomi Amerika Gerard Calente diwawancarai oleh seorang penulis ekonomi Lew Rockwell mengenai ekonomi Amerika. Inilah apa yang dikatakan oleh Calente, “Kita akan pindah dari keadaan ‘Panik tahun 2008’ kepada keadaan ‘Keruntuhan 2009’ dan hal ini tidak bisa dihentikan. Hal ini akan menjadi depresi terbesar dalam sejarah yang pernah terjadi. Pada pertengahan bulan Februari atau Maret 2009, akan terjadi keruntuhan besar-besaran dari perusahaan-perusahaan ritail raksasa. Real estate komersial akan ambruk dan menjadikan permasalan subprime seperti tidak ada apa-apanya.
Akan terjadi pemberontakan di Negara ini, dan pemerintah sedang mencari berbagai cara untuk menekan hal ini. Contohnya, Arizona sedang melatih para polisinya untuk mengantisipasi terjadinya malapetaka ekonomi dan kerusuhan. Militer sedang membangun pusat-pusat penahanan, dan melatih personilnya untuk mengatasi pemberontakan. Tidak ada yang bisa menghentikan hal ini.
Pemerintahan Obama akan mengambil tindakan yang sangat keras, seperti diadakannya hari-hari libur bagi bank (bank holiday), merampas emas, atau hal lain yang dramatis yang akan sangat menyakiti rakyat jelata dan memperkaya para pejabat yang sukar untuk jatuh.
Orang-orang yang yang mengerti hal ini tidak mencoba menyelamatkan ekonomi. Kapal ini sedang karam, dan orang-orang kaya akan berebut untuk menyelamatkan perahu-perahu mereka.”

(/prtv/abc/erm/rep/vn/kcom/hti/pro-syariah)

Bookmark and Share

Tidak ada komentar:

Related Posts with Thumbnails