22 Desember 2008

Indonesia-AS Tukar Pikiran Soal Perencanaan Pertahanan

JAKARTA--MI: Amerika Serikat berusaha menunjukkan sikap baik kepada Indonesia. Pada Senin (15/12), Departemen Pertahanan AS memberikan pengetahuan terkait perencanaan pengelolaan sumber daya pertahanan yang merupakan bagian dari program pelatihan Defence Resource Management Study (DRMS).

"Sejak tahun 2006, Pemerintah RI, dalam hal ini Dephan, dan pemerintah Amerika menyepakati kajian yang komprehensif mengenai proses-proses pengelolaan sumber daya pertahanan melalui program DRMS," kata Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono di Jakarta, Senin (15/11).

Pelatihan itu, sambung Menhan, diikuti oleh perwira menengah yang bertanggung jawab dalam persoalan perhitungan anggaran dari semua angkatan beserta staf perencanaan dari lingkungan Dephan. Ini merupakan kali kedua setelah digelar pada tahun 2006 lalu. Secara umum, ia menjelaskan pelatihan yang diberikan tersebut untuk membimbing para perwira membuat perhitungan dari kebutuhan yang diperlukan sesungguhnya.

"Tim ahli Amerika yang berlatar belakang keahlian di bidang pengelolaan sumber daya pertahanan bersama sejumlah perwira Dephan dan TNI telah melakukan assesment, kajian dan evaluasi terhadap proses pengelolaan sumber daya pertahanan di dephan dan TNI dengan menggunakan teknik manajemen modern," ujarnya.
Terkait perencanaan pertahanan, sesuai dengan perencanaan Tri Matra Terpadu, Menhan menjelaskan jika prioritas anggaran akan diberikan kepada Angkatan Laut dan Angkatan Udara. Hal ini terkait kebutuhan penyediaan peralatan yang lebih canggih untuk mendukung tugas dan gerak kedua angkatan. Sementara, terhadap Angkatan Darat, prioritas pengadaan lebih diarahkan dalam peningkatan kemampuan personel.

"Sesuai dengan perencanaan tri matra terpadu, diantara ketiga angkatan, prioritas kredit ekspor lebih banyak kepada AU dan AL. Ini karena kita perlu peralatan yang canggih dan mahal," sambungnya.

Sementara itu, Direktur Jenderal Rencana Pertahanan Dephan Laksamana Muda Gunadi menyatakan teori yang diberikan oleh Amerika Serikat tidak akan seratus persen diserap oleh Indonesia. Hal ini dikarenakan kondisi yang dimiliki oleh Indonesia, terutama persoalan teknologi, tidak sama persis dengan yang dimiliki Amerika.

"Kita sudah punya teori (perencanaan), tapi mereka punya teori lain yang lebih praktis karena didukung dengan teknologi informasi. Kita tidak akan 100% menggunakan teori itu, akan kita kembangkan dan modifikasi sesuai dengan kondisi yang ada," sahutnya. (*/OL-03) (http://mediaindonesia.com/(Senin, 15 Desember 2008 17:46 WIB)

Bookmark and Share

Tidak ada komentar:

Related Posts with Thumbnails