04 Mei 2009

Ahmet Davut Oğlu dan Kembalinya Kekhalifahan Islam

Menteri Luar Negeri Turki yang baru dilantik, Ahmet Davut Oğlu, menyatakan jika negaranya berinisiatif untuk memainkan peran strategis yang lebih besar di kawasan Timur Tengah, Balkan (Eropa Tenggara), dan Kaukasus.
"Turki memiliki pandangan politik luar negeri yang kuat untuk kembali memainkan peran dan pengaruh secara lebih signifikan di kawasan Timur Tengah, Balkan, dan Kaukasus," tegas Oğlu sebagaimana dikutip situs berita Aljazeera (3/4).

Selain tiga segi tiga emas kawasan tersebut, Oğlu juga menegaskan, jika Turki akan terus menjadikan Eropa dan negara-negara Barat sebagai poros utama politik luar negeri Turki.
Ditambahkannya, Turki tidak ingin menjadi negara yang bisanya hanya mampu mengeluarkan reaksi seremonial di hadapan serangkaian problem di dunia, utamanya di kawasan, tetapi Turki ingin lebih jauh memainkan peran dan membuktikan dirinya sebagai solusi yang layak.
Bagaimana pun Turki adalah potensi sekaligus kekuatan yang besar di kawasan. Pengaruh (kebangsaan) Turki merentang mulai dari Balkan, Anatolia, Kaukasus, hingga Asia Tengah. Sepanjang wilayah itulah etnis, budaya, dan bahasa Turki menyebar. (Negara) Turki-Modern sekarang ini adalah pusat dari semua itu.
"Inilah Turki: kami berdiri di selat Bosphorus, bahu kami merentang dari mulai Eropa Tenggara, Anatolia, Kaukasus, hingga Asia Tengah. Langkah kami terus mantap menuju ke arah Barat, ke arah Eropa, tetapi hati kami tetap ada di Makkah al-Mukarramah," demikian pernah diungkapkan oleh politisi senior Partai Kebahagiaan Turki, Bulent Irinc.
"Turki akan kembali memainkan pengaruhnya dan menjadi sentral di kawasan," tegas Oğlu.
Statemen Oğlu tersebut adalah bentuk penegasan jika ia dan rezim Erdogan ingin menjadikan Turki kembali "mewarisi" keagungan imperium Utsmani (Ottoman) Turki yang pengaruhnya malang melintang di sasah konstelasi global.
Pada masa keberadaannya yang merentang selama tujuh abad (13-20), wilayah pengaruh dan kekuasaan imperium Utsmani merentang mulai dari Eropa Tenggara, Anatolia, Kaukasia, Levantina (Bilad as-Syam), Semenanjung Arabia, Mesir, dan Afrika Utara. Wilayah tersebut menyerupai peta bulan sabit yang titik pusatnya terdapat di Istanbul, Bosphorus.

Turki Ustmani Kekhalifahan Islam

Banyak umat Islam yang tidak tahun bahwa Turki dulu merupakan pusat pemerintahan Khilafah Islamiyah terakhir. Kekhalifahan terakhir umat Islam biasa dikenal sebagai Kesultanan Utsmani Turki alias The Ottoman Empire, demikian penyebutannya dalam kitab-kitab sejarah Eropa. Kekhalifahan Utsmani Turki merupakan kelanjutan sejarah panjang sistem pemerintahan Islam di bawah Ridha dan Rahmat Allah yang berawal jauh ke belakang semenjak Nabi Muhammad pertama kali memimpn Daulah Islamiyyah (Tatanan/Negara Islam) Pertama di kota Madinah.
Sejak tanggal 3 Maret 1924 umat Islam menjalani kehidupan bermasyarakat dan bernegara tanpa kehadiran sistem pemerintahan Islam Al-Khilafah Al-Islamiyyah. Seorang Yahudi Dunamah, Penggila Budaya Barat, Pengagum Sekularisme dan juga seorang pemabuk-pedansa bernama Mustafa Kemal memproklamir pembubaran sistem pemerintahan Islam tersebut. Suatu pemerintahan yang sesungguhnya merupakan warisan ideologis-sosial-politik-budaya umat yang bermula sejak kepemimpinan Nabi Muhammad di kota Madinah 15 abad yang lalu. Mulai sejak saat itu umat Islam menjadi laksana anak-anak ayam kehilangan induk, anak-anak yatim tanpa ayah serta gelandangan tanpa rumah pelindung dari panasnya terik matahari dan dinginnnya hujan.

Apa yang dilakukan Turki kepada para Pejuang Syariah

Dalam kondisi seperti itu, di mana ummat amat merindukan kembalinya Khilafah Islamiyah, yang akan menerapkan Islam sebagai sistem kehidupan yang diridhai Allah dan menjadi perisai bagi umat, alih – alih pemerintah Turki mendukung atau menolong perjuangan penegakan syariah. Yang ada justru para penjuang syariah di sana ditangkapi, hanya karena mereka menginginkan kembalinya Khilafah Islamiyah.
Tiga puluh orang yang diduga anggota sebuah kelompok Islam ditangkap pada Rabu malam (8 April 2009) di beberapa rumah di pusat kota Anatolian Eskisehir, seperti dilaporkan kantor berita Dogan, Kamis. Polisi hura-hara menutup jalan-jalan di sejumlah bagian pinggir kota dan melakukan penggerebekan secara serentak mengambil 34 orang ke dalam tahanan. Empat orang kemudian dibebaskan tanpa dakwaan.
Mereka ditangkap karena dicurigai menjadi anggota gerakan islam Hizbut Tahrir, sebuah kelompok Islam internasional yang bekerja untuk mengembalikan Khilafah.

Ada upaya tuduhan busuk dari pihak penguasa setempat dengan menghubungkan gerakan yang dikenal senantiasa memberikan solusi intelektual atas persoalan dunia dengan aspek kekerasan. Beberapa media setempat memberitakan penangkapan polisi disita tiga senjata tangan dan sejumlah amunisi. Padahal, gerakan ini telah dikenal luas tak pernah menggunakan kekerasan.
Yilmaz Celik, juru bicara Hizb ut-Tahrir di Turki, bulan lalu telah dibebaskan dari penjara setelah meringkuk selama lima bulan atas tuduhan terorisme. Ia bahkan mengungkap makar jahat Amerika yang berusaha merangkul negara sekular tersebut.
"Kami membenci dan menentang Amerika dan Inggris untuk mengekspor ideologi dan memberikan "pesan lunak" mereka untuk menipu dunia Islam," kata Celik.
Bila kenyataannya demikian keagungan seperti apa yang diinginkan oleh Oğlu.

diolah dari : eramuslim.com dan syabab.com

Bookmark and Share

Tidak ada komentar:

Related Posts with Thumbnails