Carter Center, yang didirikan oleh mantan Presiden Amerika Jimmy Carter, akan mengirim tiga tim pemantau pemilihan umum ke Indonesia minggu ini untuk menyaksikan pemilihan anggota DPR tanggal 9 April.
Kata sebuah pernyataan Carter Center hari ini, tim pemantau itu nantinya akan diikuti oleh kelompok-kelompok kecil pemantau lainnya semakin dekat hari pemilihan.
Kedatangan tim pemantau Carter Center ini tentu memiliki tujuan tertentu. Setidaknya dengan kedatangan tim ini menunjukkan bahwa AS pasti punya kepentingan dengan pemilu di Indonesia.
Seperti diberitakan Media Umat dalam penyelenggaraan pemilu 2009 ini pihal asing ikut cawe-cawe memberikan dana yang besarnya mencapai 12,35 juta USD, berasal dari Australia, Belanda, Inggris, Kanada, Spanyol, dan Swedia. Ada lagi pasokan dana asing yang tidak melalui UNDP sebesar 38,1 juta USD. Antara lain dari Amerika US$7 juta dan Australia US$19 juta. Demi-kian pemaparan Deputi Bidang Pendanaan Pembangunan Bap-penas Lukita Dinarsyah Tuwo di Kantor Bappenas, Jakarta (19/9/2008).
Tentu ada maksud dibalik bantuan dana tersebut. Pengamat politik Universitas Indonesia (Ul) Ibramsyah menegaskan, sumbangan dana asing untuk Pemilu 2009, jelas memiliki tujuan. Hanya saja, kata dia, karena bantuan itu melalui institusi, kepentingan terselubung negara asing itu pun menjadi tersamarkan.
"Itu pun karena terkait dengan transparansi dan audit publik yang bersifat terbuka dan dipelototi banyak orang," kata Ibramsyah kepada Rakyat Merdeka.
Yang berbahaya, kata Ibramsyah, bantuan asing yang langsung kepada calon presiden dan wakil presiden. Soalnya, kata dia, bantuan model ini tidak kelihatan. "Lihat saja pengalaman Pemilu 2004. KPU bak macan ompong. KPU tidak berdaya mengaudit dana yang mengalir ke figur-figur kontestan peniilu saat itu," ujarnya.
Ibramsyah membeberkan bahayanya dana asing yang langsung masuk ke figur-figur capres-cawapres. Dia bilang, ada dua kepentingan besar yang menyelimuti pemberian fulus ke figur capres-cawapres tersebut. Yaitu, kepentingan bisnis dan hubungan internasional.
"Dua faktor ini sangat diperhatikan betul oleh mereka," katanya.
Di tempat terpisah, pengamat intelijen AC Manulang menyatakan, bantuan asing untuk pemilu merupakan global grand strategy Amerika Serikat. Indonesia akan dipaksa setuju dengan proses globalisasi yang diusung negara-negara donor.
"Saya tidak anti bantuan asing. Tapi, bukan tidak mungkin bantuan tersebut bagian dari 'kuda troya politik'. Artinya, di balik pekerjaan yang besar terdapat operasi intelijen," jelas AC Manullang kepada Rakyat Merdeka.
voa/mu/rm/prosyariah)
26 Maret 2009
Carter Center Kirim Tim Pemantau Pemilu ke Indonesia
Label:
Berita Nasional,
Politik
Langganan:
Posting Komentar (Atom)





Tidak ada komentar:
Posting Komentar