LONDON — Dalam tulisan editorial di Independent, Robert Fisk, wartawan Inggris, telah mengingatkan jika muslim memiliki alasan lebih banyak untuk marah dengan Barat. Hal itu pun disadari lebih dari selusin penasihat penangkal-teroris yang dipimpin pemerintah Inggris.
Mereka mengingatkan pembantaian Israel di Jalur Gaza justru mendorong ekstrimis di Negara Albino dan belahan dunia lain semakin kehilangan keyakinan terhadap demokrasi, dan perdamaian.
"Sebagaimana anda sadari, kemarahan di dalam komunitas muslim Inggris telah mencapai intensitas yang akut," bunyi tulisan dalam sebuah surat gabungan yang dilayangkan kepada Perdana Menteri Gordon Brown, seperti yang dilansir oleh Guardian.
"Pemerintah Israel menggunakan kekuatan tidak proposional untuk memerangi ancaman dalam negerinya. Tindakan itu membangkitkan kelompok ekstrimis dan semakin memberdayakan pesan kekerasan serta konflik berkepanjangan,"
Lebih dari 708 orang telah terbunuh, 3.100 orang luka-luka dalam 13 hari serangan darat, laut, dan udara Israel di Jalur Gaza, salah satu kawasan padat di dunia.
"Bagi para muslim Inggris dan di luar negeri, kami menuju potensi resiko kehilangan keyakinan dalam proses politik," bunyi surat itu lebih lanjut.
Di antara para penandatangan, iaah Dr Usama Hasan, imam masjid Al Tawhid, Dilwar Hussain, kepala pusat penelitian kebijakan di Yayasan Islam Inggris, Zareen Roohi Ahmed dari Forum Muslim Inggris, dan Ed Husai, direktur utama pemikir anti-ekstrimisme, Yayasan Quilliam.
Para penandatangan tersebut adalah tokoh-tokoh yang selama ini aktif menghadang ekstrimisme di Inggris dan luar negeri.
Surat tersebut mendesak PM Gordon Brown untuk mengambil jarak dengan sikap bias Amerika Serikat (AS) yang memalukan terhadap Israel.
"Kami meminta anda segera untuk menyusun rencana dan upaya keberhasilan untuk meyakinkan pemerintah AS tentang bahaya akibat pendekatan mereka, dan memastikan pemerintahan Obama menempa arah kebijakan yang lebih tercerahkan," ujar kalimat lain dalam surat.
Washington, sebagai sekutu induk Israel memang telah menyetop draf resolusi Arab di Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera di Gaza. AS berkeras jika serangan militer Israel yang tengah berlangsung hanyalah aksi pertahanan diri terhadap serangan roket Hamas.
Dalam surat tersebut penasihat muslim tersebut mengingatkan dengan berujar,"Kondisi terkini dan narasi penyerdehanaan dari Gedung Putih sungguh serius dan melukai langsung hubungan dengan Inggris, Amerika Utara, dan negara-negara Arab. Itu juga berpotensi menyabotase tujuan kebangsaan kita,"
"Kami juga meyakini bahwa Inggris--secara bilateral dan bagian dari Uni Eropa--memiliki peran penting untuk menunjukkan kepada Israel jika ambang batas perilaku yang dapat diterima telah diterobos semena-mena,"
Inggris sendiri bersekutu dengan AS dalam pendapat mengenai draf resolusi Arab atas Gaza.
Sekiar 30 orang mewakili sejumlah grup muslim, termasuk Dewan Muslim Inggris dan Masyarakat Islami Inggris, bertemu pada 8 Januari lalu dengan Menteri Luar Negeri dan Persemakmuran, Bill Rammel.
Mereka mengingatkan, kegagalan London untuk menyetop serangan Israel justru memberi amunisi terhadap ekstrimis.
Grup Penasihat Pemuda Muslim (YMAG) yang diresmikan oleh pemerintah pada Oktober lalu juga melayangkan surat terpisah untuk Brown, mengingatkan kegagalan semacam itu justru mematahkan usaha mereka untuk mereduksi pertumbuhan radikalisasi di dalam negara.
"Kami di situasi sangat berbahaya untuk mengirim pesan kepada para pemuda muslim saat ini. Sebab pembunuhan masal terhadap warga sipil dapat digunakan dalih mengesahkan mereka, ketika hak tersebut dilanggar," ujar surat YMAG.
YMAG menekankan dalam iklim saat ini ada bahaya nyata di kalangan pemuda yang menyaksikan kemandulan institusi dalam bertindak. "Mereka yang seharusnya bergerak melindungi nyawa tak berdosa akhirnya mengubah upaya mereka, membuat suara mereka terdengar dengan cara apapun," kata YMAG./it
(Republika Online, Jumat, 09 Januari 2009 pukul 10:07:00)
10 Januari 2009
Muslim Inggris: Serangan Israel Picu Radikalis Lebih Berkembang
Label:
Berita Dunia,
Politik
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar