01 Desember 2008

KAPITALISME DIUJUNG TANDUK KHILAFAH DI DEPAN MATA

Oleh : Haris Nazarudin*)
Akhir-akhir ini, berbagai media masa baik itu elektronik maupun cetak banyak memberitakan tentang krisis ekonomi global. Krisis ini akan menghantam semua negara yang menerapkan sistem Kapitalisme dalam perekonomiannya. Ironisnya, krisis ini terjadi akibat kreditur macet (subprime mortgage) properti yang dialami oleh Amerika Serikat namun semua negara ikut menanggung kerugian. Mengapa bisa terjadi? Apa akar permasalahannya? Bagaimana solusi Islam?

Awal Mula Krisis
Awal mula krisis adalah akibat macetnya kredit subprime mortgage yang dialami oleh Amerika Serikat. Mortgage adalah utang pembelian properti yang kemudian dipakai sebagai jaminan. Mortgage terdiri dari prime dan subprime. Prime adalah adalah sebuah fasilitas kredit rumah yang diperuntukkan bagi kalangan masyarakat yang kemampuan ekonominya tinggi, sedangkan subprime adalah diperuntukkan bagi kalangan masyarakat yang kemampuan ekonominya lemah (jurnal-ekonomi.org). Oleh karenanya kredit ini mempunyai potensi gagal (default) bayar yang sangat tinggi. Sejak 1925, UU Mortgage sudah ada di AS (suara-islam.com).
Subprime adalah surat utang properti dengan risiko lebih tinggi dari prime. Tapi, industri keuangan subprime mortgage telah membuka peluang orang yang tadinya tak bisa beli rumah menjadi bisa. Sejak 2000, total pinjaman subprime terus meningkat dari total pemberian mortgage per tahun. Padahal bunga peminjam subprime lebih besar karena risikonya lebih tinggi.
Bank Lehman Brothers adalah bank investasi terbesar dan tertua di Amerika Serikat yaitu sejak tahun 1844 di negara bagian Alabama. Lehman pada hari Rabu 14 September 2008 resmi mengumumkan kebangkrutannya. Hal ini disebabkan kredit macet pasar perumahan (subprime mortgage) sejak Agustus 2007, akibat kreditur macet ini Lehman Brothers mengalami kerugian US$3,9 miliar antara Juni sampai Agustus, sedangkan angka kerugian sepanjang tahun ini mencapai US$6,6 milyar. Saham Lehman turun menjadi $4,30 atau turun 76% sejak hari Senin 8/9/08. Dibanding harga sahamnya pada bukan November 2007, ketika saham Lehman mencapai $67,73, nilai saham Lehman sudah jatuh 94%. Harga saham Lehman Brothers per 15 September 2008 tinggal 30 sen/lembar (BBCINDONESIA.com). Akibat bangkrutnya salah satu bank investasi terbesar ini mengakibatkan goncangan hebat di Bursa Saham diseluruh dunia, di kawasan Asia seperti di Jepang, Hongkong, China, Asutralia, Singapura, India, Taiwan dan Korea Selatan, mengalami penurunan antara 2 sampai 7 persen, bahkan di Indonesia hingga 10 persen, penurunan ini membuat Bursa Efek Jakarta (BEJ) menutup perdagangannya selama 3 hari guna menghindari kerugian yang lebih besar. Termasuk bursa saham di kawasan Timur Tengah, Rusia, Eropa, Amerika Selatan dan Amerika Utara. Tak terkecuali di AS sendiri, para investor di Bursa Wall Street mengalami kerugian besar, bahkan surat kabar New York Times menyebutnya sebagai kerugian paling buruk sejak peristiwa serangan 11 September 2001. (Hizbut-tahrir.or.id).
Di tahun 2000-an saham teknologi jatuh. Untuk mengurangi risiko resesi, The Federal Reserve Bank (The Fed) bank sentral AS menurunkan suku bunga secara agresif. Dengan suku bunga rendah, suku bunga mortgage ikut turun. Mortgage terus meningkat dan makin banyak rumah dibangun. Proporsi aset mortgage dari aset bank komersial juga terus meningkat.
Pada periode 2001-2005, pembangunan rumah di AS meningkat pesat. Dalam kondisi suku bunga rendah dan harga rumah terus naik, pemberi mortgage seolah lupa akan risiko gagal bayar peminjam subprime. Bank bersaing ketat, dan mengiming-iming peminjam dengan bunga sangat rendah pada 2 tahun dan baru dinaikkan setelahnya.
Puncaknya adalah pada tahun 2007, kredit macet yang dilakukan oleh subprime semakin besar sehingga tidak bisa lagi memberikan income kepada bank-bank penjamin. Demi menutupi kerugian yang lebih besar, para banking menjual saham-saham mereka di bursa efek (wall street), ternyata penjualan saham tidak mencukupi kerugian akibat kredit macet tersebut. Langkah selanjutnya yang ditempuh adalah menjual surat utang (obligasi) kepada investment banking (bank investasi), seperti Citigroups, Merryl Lynch, Lehman Brothers, Bear Stern, Fannie Mae dan Freddie Mac (suara-islam.com).
Setelah dilakukan pembelian obligasi, banking invesment juga mengalami kebangkrutan, sehingga surat penjaminan (obligasi) dijual kembali di Pasar Saham, kondisi ini menyebabkan hilangnya kepercayaan para pemain di lantai bursa. Sehingga mendorong mereka melepas portofolio subprime mortgage secara massive yang mengakibatkan nilai pasarnya jatuh.
Melihat hal ini, pemerintah Amerika Serikat mengucurkan paket bail out senilai US$ 700 milyar atau sekitar Rp 6.450 triliun guna membeli obligasi para kreditur macet, namun program ini tidak dapat menggerakkan pasar saham. Akibat kucuran dana tersebut, Amerika mengalami inflasi yang cukup tinggi.
Krisis subprime mortgage mendorong spekulan memindahkan aksi ke bursa komoditas. Mereka menggembungkan harga-harga komoditas primer khususnya harga minyak mentah. Akibatnya, gejolak harga crude oil dunia melonjak drastis yang menyebabkan inflasi membumbung. Dalam World Oil Outlook 2008, OPEC menyebutkan spekulasi di lantai bursa komoditas merupakan faktor utama yang mengerek harga minyak mentah dunia yang mencapai US $100 per barrel. (jurnal-ekonomi.org). Dengan naiknya minyak mentah dunia mengakibatkan pemerintah ikut serta menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) berkisar 28 persen pada tanggal 24 Mei 2008.

Krisis yang Berulang-Ulang
Mark Weisbrot, salah satu direktur Center for Economic and Policy Research (CEPR) memaparkan “Selama 40 tahun belakangan ini, telah banyak krisis yang terjadi. Krisis kali ini adalah krisis terburuk setelah depresi yang dialami AS pada era tahun 1930-an. Tapi saya tidak mau membesar-besarkannya.” (eramuslim.com 30/09/2008).
Perlu juga dicatat, krisis yang terjadi sekarang merupakan krisis yang berulang. Pada minggu terakhir Oktober 1997, harga-harga saham di bursa-bursa saham utama dunia jatuh berguguran; berawal di Hongkong, lalu merembet ke Jepang, Eropa, dan akhirnya mendarat di Amerika. Anjloknya harga saham tersebut teradi secara berurutan dari satu negeri ke negeri lainnya.
Tragedi serupa terjadi pada bulan dan tahun yang sama, yakni ketika indeks harga saham di New York turun 22% dalam sehari. Indeks utama saham-saham industri Dow Jones jatuh ke titik terendah setelah Worldcom -perusahaan telekomunikasi kedua terbesar di AS- mengajukan proteksi kepailitan ke pengadilan. Disusul kebangkrutan perusahaan energi, Enron, Desember 2001. Lebih ke belakang lagi, peristiwa serupa pernah terjadi pula pada tahun 1929. ketika itu, jatuhnya nilai saham di Amerika telah menimbulkan depresi ekonomi yang sangat parah sehingga menimbulkan kemelaratan, kelaparan, dan kesengsaraan yang berkelanjutan. Akhirnya, Presiden Roosevelt memutuskan untuk melibatkan Amerika dalam kancah Perang Dunia II dalam rangka membangkitkan Amerika dengan cara memproduksi kebutuhan-kebutuhan perang yang sangat besar.
Indonesia sudah mengalami krisis ekonomi sebanyak tiga kali, yaitu pada tahun 1940-an (ketika penjajahan jepang), tahun 1965 (disaat ambruknya pemerintahan Bung Karno), ketiga pada tahun 1997 yang lalu, dimana dolar mencapai Rp 16.000. (jurnal-ekonomi.org).
Walaupun pemerintah AS telah menyuntikkan dana hingga milaran dolar, namun usaha ini masih jauh dari harapan, bahkan dunia harus bersiap memasuki goncangan krisis yang kedua dan ketiga yang akan lebih hebat lagi (Buletin Siang, RCTI, 25/10/08).

Solusi Islam
Ada 4 akar masalah yang mengakibatkan krisis keuangan global ini terjadi. Pertama, disingkirkannya emas sebagai cadangan mata uang dan dimasukkannya dolar Amerika sebagai pendamping mata uang dalam Perjanjian Bretton Woods, setelah berakhirnya Perang Dunia II, kemudian sebagai substitusi mata uang pada awal dekade 70-an, telah mengakibatkan dolar Amerika mendominasi perekonomian global. Akibatnya, goncangan ekonomi sekecil apapun yang terjadi di Amerika pasti akan menjadi pukulan telak bagi perekonomian negara-negara lain. Sebabnya, sebagian besar—jika tidak keseluruhannya—cadangan devisa mereka ditopang dengan dolar yang nilai intrinsiknya tidak sebanding dengan kertas dan tulisan yang tertera di dalamnya. Setelah mata uang Euro memasuki arena pertarungan, baru negara-negara tersebut menyimpan cadangan devisanya dalam bentuk mata uang non-dolar. Meski demikian, dolar tetap memiliki prosentase terbesar dalam cadangan devisa negara-negara tersebut secara umum.
Karena itu, selama emas tidak menjadi cadangan mata uang, krisis ekonomi seperti ini akan terus terulang. Sekecil apapun krisis yang menimpa dolar dengan segera akan menjalar ke perekonomian negara-negara lain. Bahkan dampak krisis politik yang dirancang Amerika juga akan berakibat terhadap dolar, yang berarti juga berdampak pada dunia. (Keguncangan Pasar Modal Menurut Hukum Islam, Pustaka Thariqul ‘Izzah April 1998)
Kedua: hutang-hutang riba juga menciptakan masalah perekomian yang besar hingga kadar hutang pokoknya menggelembung seiring dengan waktu, sesuai dengan prosentase riba yang diberlakukan padanya. Terjadinya krisis pengembalian pinjaman dan lambannya roda perekonomian adalah karena ketidakmampuan sebagian besar kelas menengah dan atas untuk mengembalikan pinjaman dan melanjutkan produksi. Allah Swt berfirman :
Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka Berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah Telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (QS Al Baqarah [2] : 275)

Riba itu ada dua macam: nasiah dan fadhl. riba nasiah ialah pembayaran lebih yang disyaratkan oleh orang yang meminjamkan. riba fadhl ialah penukaran suatu barang dengan barang yang sejenis, tetapi lebih banyak jumlahnya Karena orang yang menukarkan mensyaratkan demikian, seperti penukaran emas dengan emas, padi dengan padi, dan sebagainya.
Ketiga: sistem yang digunakan di bursa dan pasar modal, yaitu jual-beli saham, obligasi dan komoditi tanpa adanya syarat serah-terima komoditi yang bersangkutan—bahkan bisa diperjualbelikan berkali-kali, tanpa harus mengalihkan komoditi tersebut dari tangan pemiliknya yang asli—adalah sistem yang batil dan menimbulkan masalah, bukan menyelesaikan masalah. Pasalnya, naik-turunnya transaksi terjadi tanpa proses serah-terima, bahkan tanpa adanya komoditi yang bersangkutan. Semua itu memicu terjadinya spekulasi dan goncangan di pasar.
Keempat: ketidaktahuan akan fakta kepemilikan. Kepemilikan di mata para pemikir Timur dan Barat ada dua: kepemilikan umum yang dikuasai oleh negara, sebagaimana teori Sosialisme-Komunisme, dan kepemilikan pribadi yang dikuasai oleh kelompok tertentu.
Ketidaktahuan akan fakta kepemilikan ini memang telah dan akan menyebabkan goncangan dan masalah ekonomi. Itu karena kepemilikan tersebut bukanlah sesuatu yang dikuasai oleh negara atau kelompok tertentu, melainkan ada tiga macam:
Kepemilikan umum: meliputi semua sumberdaya alam, baik yang padat, cair maupun gas; seperti minyak, besi, tembaga, emas dan gas; termasuk semua yang tersimpan di perut bumi dan semua bentuk energi; juga industri berat yang menjadikan energi sebagai komponen utamanya. Negara harus mengekplorasi dan mendistribusikannya kepada rakyat, baik dalam bentuk barang maupun jasa.
Kepemilikan negara: meliputi semua kekayaan yang diambil negara, seperti pajak dengan segala bentuknya serta perdagangan, industri dan pertanian yang diupayakan oleh negara, di luar kepemilikan umum. Semuanya ini dibiayai oleh negara sesuai dengan kepentingan negara.
Kepemilikan pribadi. Kepemilikan ini bisa dikelola oleh individu sesuai dengan hukum syariah. (e-book, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif Dalam Perspektif Islam, Taqyuddin An Nabhani, Darul Ummah Beirut 1990, hal 98 - 103)
Sosialisme gagal dalam bidang ekonomi karena telah menjadikan semua kepemilikan dikuasai oleh negara. Kondisi inilah yang mengantarkan pada kehancuran.
Kapitalisme juga gagal dan kini sampai pada kehancuran. Itu karena Kapitalisme telah menjadikan individu, perusahaan dan institusi berhak memiliki apa yang menjadi milik umum, seperti minyak, gas, semua bentuk energi dan industri senjata berat sampai radar. Pada saat yang sama, negara tetap berada di luar pasar dari semua kepemilikan tersebut. Hasilnya adalah goncangan secara beruntun dan kehancuran dengan cepat, dimulai dari pasar modal, lalu menjalar ke sektor lain, dan dari institusi keuangan menjalar ke yang lain.
Begitulah, Sosialisme-Komunisme telah runtuh, dan kini Kapitalisme sedang atau nyaris runtuh.
Sesungguhnya sistem ekonomi Islamlah satu-satunya solusi yang ampuh dan steril dari semua krisis ekonomi. Karena sistem ekonomi Islam benar-benar telah mencegah semua faktor yang menyebabkan krisis ekonomi.
Pertama: Sistem ekonomi Islam telah menetapkan bahwa emas dan perak merupakan mata uang, bukan yang lain. Mengeluarkan kertas substitusi harus ditopang dengan emas dan perak, dengan nilai yang sama dan dapat ditukar, saat ada permintaan. Dengan begitu, uang kertas negara manapun tidak akan bisa didominasi oleh uang negara lain. Sebaliknya, uang tersebut mempunyai nilai intrinsik yang tetap, dan tidak berubah.
Kedua: Sistem ekonomi Islam melarang riba, baik nâsi’ah maupun fadhal, juga menetapkan pinjaman untuk membantu orang-orang yang membutuhkan tanpa tambahan (bunga) dari uang pokoknya. Di Baitul Mal kaum Muslim juga terdapat bagian khusus untuk pinjaman bagi mereka yang membutuhkan, termasuk para petani, sebagai bentuk bantuan untuk mereka, tanpa ada unsur riba sedikit pun di dalamnya.
Ketiga: Sistem ekonomi Islam melarang penjualan komoditi sebelum dikuasai oleh penjualnya. Karena itu, haram menjual barang yang tidak menjadi milik seseorang. Haram memindahtangankan kertas berharga, obligasi dan saham yang dihasilkan dari akad-akad yang batil. Islam juga mengharamkan semua sarana penipuan dan manipulasi yang dibolehkan oleh Kapitalisme, dengan klaim kebebasan kepemilikan.
Empat: Sistem ekonomi Islam juga melarang individu, institusi dan perusahaan untuk memiliki apa yang menjadi kepemilikan umum, seperti minyak, tambang, energi dan listrik yang digunakan sebagai bahan bakar. Islam menjadikan negara sebagai penguasanya sesuai dengan ketentuan hukum syariah. (e-book, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif Dalam Perspektif Islam, Taqyuddin An Nabhani, Darul Ummah Beirut 1990)
Begitulah, sistem ekonomi Islam benar-benar telah menyelesaikan semua kegoncangan dan krisis ekonomi yang mengakibatkan derita manusia. Ia merupakan sistem yang difardhukan oleh Tuhan semesta alam, yang Mahatahu atas apa yang baik untuk seluruh makhluk-Nya. Allah SWT berfirman:
Apakah Allah Yang Maha menciptakan itu tidak mengetahui (yang kalian lahirkan maupun yang kalian rahasiakan), sementara Dia Mahahalus lagi Mahatahu? (QS al-Mulk [67]: 14).

Khilafah didepan mata
National Intelligence Council (NIC) AS dalam judul laporannya Mapping the Global Future Report of the National Intelligence Council’s 2020 Project (http:\\bookstore.gpo.gov) pada Desember 2004, memberitakan bahwa akan ada perubahan negara Adi Daya pada tahun 2020. Dalam laporan yang intinya adalah ada 4 negara yang memungkinkan menjadi negara super power dunia pada tahun 2020, yaitu India, Cina, Khilafah Islamiyah kembali berdiri dan Amerika.
Dengan adanya krisis keuangan global yang tengah terjadi sekarang, kita tentu dapat melihat bahwa kegagalan barat (Kapitalisme) dalam memberikan solusi kehidupan bagi manusia telah diambang kehancuran. Keserakahan mereka telah membuktikan dan membukakan mata bagi seluruh manusia didunia, bahwa Kapitalisme tidak layak diterapkan bagi manusia.
Dengan kekalahan Komunis pada perang dingin bukan berarti Kapitalisme unggul. Mantan Presiden AS Richard Nixon sendiri tak begitu yakin akan kemampuan Kapitalisme. Dalam bukunya Seize the Moment, Nixon menceritakan pertemuannya dengan Presiden Soviet Kruschev. “Anak-cucumu nanti akan hidup di bawah naungan Komunisme,” kata Kruschev kepada Nixon. Lalu Nixon menjawab, “Justru anak-cucumu yang nanti akan hidup dalam kebebasan.” Nixon pun berkomentar, “Saat itu aku yakin apa yang dikatakan Kruschev salah, tetapi aku justru tak yakin dengan ucapanku sendiri.” (Usman, 2003:46). (KH. Shidiq Al Jawi, hizbut-tahrir.or.id). Jika Komunisme dan Kapitalisme telah gagal, maka saatnya Khilafah memimpin dunia.


Ahad, 26 Syawwal 1429 H
25 Oktober 2008

*) Haris Nazarudin, seorang aktifis Hizbut Tahrir Indonesia, tinggal di Cilacap

Bookmark and Share

Tidak ada komentar:

Related Posts with Thumbnails