Pro Syariah - Badan Intelijen Pusat Amerika (CIA), menemukan cara yang mudah untuk mendapatkan informasi dari para panglima milisi di Afganistan, yaitu dengan memberikan imbalan berupa pil Viagra.
Harian Washington Post menulis, pil perangsang seks itu adalah salah satu imbalan yang sering digunakan.
Dalam satu kasus, seorang komandan milisi berusia 60 tahun yang memiliki empat isteri, diberi imbalan empat pil dan empat hari kemudian dia menjelaskan rincian mengenai gerakan Taliban untuk mendapatkan lagi pil Viagra dari CIA.
"Apa pun akan dilakukan untuk mencari teman dan mempengaruhi orang," tulis Washington Post mengutip serang agen CIA. "Apakah itu membangun sekolah atau pun memberikan Viagra," katanya.
Surat kabar itu mengatakan penggunaan Viagra harus ditangani dengan hati-hati karena obat perangsang itu belum tentu dikenal di daerah-daerah pedesaan. Koran itu mengutip seorang bekas agen rahasia yang mengatakan, "Kami tidak memberikannya kepada anak-anak muda, namun bisa sangat ampuh untuk membina hubungan dengan orang-orang tua."
Dalam kasus komandan milisi berusia 60 tahun itu, yang berstatus sebagai kepala suku di bagian selatan Afghanistan yang selama ini tidak mau bekerja sama, para agen melihat dia memiliki empat isteri yang masih muda. Kemanjuran pil itu dijelaskan kepadanya dan ditawarkan untuk dicoba. Empat hari kemudian dia datang kembali.
"Dia datang kepada kami dengan wajah senang," tulis Post mengutip seorang agen. "Dia mengatakan, 'Anda ini hebat sekali.' "Dan setelah itu kami bisa melakukan apa saja yang kami ingin di kawasan yang dikuasainya." Pil itu bisa mengembalikan kejantanan para kepala suku dan komandan milisi itu, kata agen lainnya.
Menurut surat kabar itu, CIA memiliki banyak cara untuk menaklukkan para komandan milisi yang terkenal garang, termasuk menyediakan perawatan gigi, memberikan visa, boneka, sampai obat-obatan.
CIA di Indonesia
Tidak bisa dipungkiri, sejak Indonesia merdeka tahun 1945, agen-agen CIA berkeliran di Indonesia. Ratusan hingga ribuan orang telah direkrut untuk menghancurkan musuh-musuh Amerika, termasuk Presiden Soekarno. Pemberontakan PRRI-Semesta merupakan salah satu bukti kebuasaan CIA di Indonesia. Hingga orang tua Prabowo, mendiang Prof. Soemitro Djojohadikusumo pun terlibat dalam separatis PRRI-Semesta.
Tragedi paling berdarahpun, 30 September 1965 merupakan keberhasilan misi terbesar CIA yang telah ditutupi oleh rezim Soeharto serta tidak tertutup kemungkinan Soeharto dan pengikut setianya terlibat (baca: termasuk Adam Malik).
Hingga saat ini pun, sangat mungkin, para pejabat di negeri ini pun ada yang menjadi agen CIA. Mereka adalah pembuat maupun pelaksana kebijakan yang menguntungkan kepentingan Amerika dan merugikan kepentingan Negara. Contoh: Blok Cepu, liberalisasi BUMN oleh Laksamana Sukardi, kontrak SDA, dan sederetan kebijakan non-rakyat.
(Pro Syariah, dari beberapa sumber)
27 Desember 2008
CIA Gunakan Viagra untuk Korek Informasi
Label:
Berita Dunia,
Politik
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar